Sabtu, 28 Mei 2011

PERKEMBANGAN PADA MASA REMAJA


Masa Remaja

Dalam perkembangan seseorang masa remaja mempunyai arti khusus dan mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian perkembangan seseorang. Dikatakan tidak jelas karena dalam kehidupan manusia ada tiga yaitu masa kanak-kanak, masa dewasa danmasa tua.
Masa remaja disebut tidak jelas karena masa remaja belum memperoleh status dewasa tetapi tidak memiliki status kanak-kanak. Menurut Ausubet (1965) menyebut bahwa status primer artinya status diperoleh berdasarkan kemampuan dan usaha sendiri. Status anak adalah status diperoleh (derived). Artinya tergantung daripada apa yang diberikan oleh orang tua dan masyarakat. Sedangkan status interm berhubungan dengan masa peralihan yang timbul sesudah pemasakan seksual (pubertas). Dalam masa peralihan diperlukan untuk mempelajari remaja mampu memikul tanggung jawabnya nanti dalam masa dewasanya.
Batas-batas remaja dan dewasa akan kabu apabila :
-          Adanya remaja yang tidak sekolah dan bekerja karena dia sudah memasuki dunianya orang dewasa pada usia remaja. Hal ini diberi istilah masa remaja diperpendek
-          Sedangkan masa remaja diperpanjang yaitu usia sudah dewasa (di atas 20 tahun) masih duduk dengan orang tua, belum punya penghasilan dan kebutuhan masih menjadi tanggung jawab orang tua.
Fase-fase masa remaja Pubertas dan adolensi
Dalam buku-buku Angelsaksis (Hill/Monks 1977) istilah “Pemuda” (youth) memperoleh arti yang baru yaitu suatu masa peralihan antara masa remaja dan masa dewasa. Istilah pubertas dari kata puber atau pubesent. Kata lain Pubescere berarti mendapatkan pubes atau rambut kemaluan yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual. Istilah puber adalah remaja sekitar pemasalah seksual.
Pubertas terjadi antara 12-16 tahun pada anak laki-laki dan pada anak wanita 11-15 tahun. Istilah adolesensi artinya menjadi dewasa atau perkembangan menjadi dewasa. Sebelum pubertas, ada masa pra pubertas. Pra pubertas adalah periode sekitar kurang lebih 2 tahun sebelum terjadinya pemasakan seksual yang sesungguhnya, tetapi sudah terjadi perkembangan psikologis yang berhubungan dengan pemasakan beberapa kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin yaitu kelenjar yang bermuara langsung di dalam saluran darah. Hormon adalah zat-zat yang dikeluarkan. Hormon-hormon tersebut memberikan stimulus pada badan anak sedemikian rupa sehingga anak tersebut merasakan rangsangan-rangsangan, suatu rangsang hormonal yang menyebabkan suatu rasa tidak senang dalam diri anak. Suatu rasa yang belum pernah dialami sebelumnya, yang tidak dimengertinya dan dia yang mengakhiri tahun kanak-kanak yang menyenangkan.

a.   Perkembangan Seksualitas
Hormon tumbuh sudah ada sejak dilahirkan, hanya saja pada masa pubertas timbul percepatan pertumbuhan karena adanya koordinasi yang baik antara kerja kelenjar-kelenjar. Hormon gonadotrop mempercepat permasalahan sel-sel telur dan sel sperma. Perkembangan organ-organ genital yang ada baik diluar ataupun di dalam sangat menentukan tingkah laku seksual.
Tanda-tanda seksual di samping tanda-tanda kelamin primer, ada juga tanda-tanda kelamin sekunder. Misalnya perubahan suara pada anak laki-laki merupakan tanda yang jelas bagi perkembangan anak laki-laki ke arah keadaaan dewasa. Untuk pere,puan yaitu adanya menstruasi. Disebut tanda-tanda kelamin primer menunjuk pada badan langsung, berhubungan dengan alat reproduksi. Tanda-tanda kelamin sekunder yaitu tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan alat reproduksi namun tanda-tanda yang khas baik perempuan atau laki-laki. Percepatan perkembangan berakibat dari beberapa faktor yaitu faktor lingkungan, faktor adat, dan faktor genital.
b.   Percepatan perkembangan dalam masa remaja yang berhubungan dengan pemasakan seksualitas, juga mengakibatkan suatu perubahan dalam perkembangan sosial remaja. Dari segi sosial remaja mempunyai sisi marginal maksudnya anak harus belajar agar dapat memperoleh tempat kedewasaan. Sifat yang khas dari kelompok anak pra remaja atau pra pubertas ini adalah bahwa mereka tidak menentng orang dewasa, melainkan justru menirukan mereka dalam olahraga, permainan dan kesibukan-kesibukan yang lain.
c.   Remaja dalam waktu luang
Krisis originalitas remaja nampak paling jelas pada waktu luang yang sering disebut sebagai waktu pribadi orang (remaja) itu sendiri. Brightbill (1966) menanamkan waktu luang tersebut sebagai suatu tantangan karena waktu tadi merupakan waktu untuk bebas bagi seseorang. Waktu bebas bagi seseorang  dalam tanda petik biasanya kesukaran dalam memanfaatkan waktu luang. Disini biasanya kebosanan, segan untuk melakukan apa saja yang merupakan fenomena yang sering kita jumpai. Remaja dalam waktu luang harus diarahkan hal-hal yang positif karena sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri dan untuk melepaskan ketegangan. Misalnya olahraga, kerja gotong royong, ronda kampung, mengadakan pertandingan antar kampung dan sebagainya.
           

Kelambanan Anak dalam Belajar




 

KELAMBANAN ANAK DALAM BELAJAR


BAB I
PENDAHULUAN


Belajar adalah proses perubahan, perubahan-perubahan itu tidak hanya perubahan lahir tetapi juga perubahan batin, tidak hanya perubahan tingkah lakunya yang tampak, tetapi dapat juga perubahan-perubahan yang tidak dapat diamati. Perubahan itu bukanlah perubahan yang negatif tetapi perubahan yang positif, yaitu perubahn yang menuju ke arah kemajuan atau ke arah perbaikan.[1]

Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang inti dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Melalui proses belajar mengajar akan dicapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu menjadi harapan semua pihak agar setiap siswa dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Namun dalam kenyataan tidak semua siswa dapat mencapai hasil yang diharapkan. Ada beberapa siswa yang prestasi belajarnya di bawah ukuran rata-rata atau norma yang ditetapkan, bila dibandingkan dengan prestasi hasil belajar yang diperoleh teman-teman dalam kelompoknya. Disamping itu ada juga siswa yang secara potensial diharapkan memperoleh hasil belajar yang tinggi, akan tetapi prestasinya biasa-biasa saja, bahkan mungkin lebih rendah dari teman-temannya yang potensinya kurang dari dirinya. Siswa-siswa tersebut di atas termasuk kategori siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar atau lamban dalam belajar.


Kelambanan dalam belajar adalah suatu proses belajar dimana terjadi kesulitan-kesulitan dalam mempelajari sesuatu dalam proses belajar tersebut sehingga menimbulkan ketertinggalan dalam menerima pelajaran atau materi yang diberikan. Apabila siswa kesulitan dalam menempuh suatu pelajaran tertentu, ia akan merasakan sebagai kegagalan. Sehingga timbul perasaan rendah diri, malu, takut dan sebagainya yang dapat mengakibatkan hilangnya gairah belajar.

Dari uraian di atas maka dapat diuraikan permasalahan yang ada yaitu faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kelambanan di dalam belajar serta cara mengatasi dan mencegah anak yang lamban dalam belajar, yang selanjutnya akan dibahas dalam makalah ini.












BAB II
PEMBAHASAN

A.                Pengertian Kelambanan dalam Belajar
Sebagian ahli mendasarkan pada tingkat kecerdasan untuk mendefinisikan kelambanan dalam belajar. Mereka melihat bahwa biasanya yang lamban atau tertinggal dalam belajar itu adalah anak-anak yang tingkat kecerdasannya rendah di bawah standar. Tetapi sebutan cerdas bukanlah satu- satunya batasan untuk mengukur keberhasilan anak.
Kelambanan dalam belajar adalah suatu proses belajar dimana terjadi kesulitan- kesulitan dalam mempelajari sesuatu dalam proses belajar tersebut sehingga menimbulkan ketertinggalan dalam menerima pelajaran atau materi yang diberikan.

B.                Karakteristik kelainan anak- anak yang lamban dalam belajar
Karakteristik kelainan anak- anak yang lamban dalam belajar, antara lain adalah:
1)             Karakteristik kelainan Fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaniahnya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan.[2] Keseimbangan perkembangan anak yang tertinggal atau lamban dalam belajar itu lebih sedikit dibandingkan teman-temannya secara umum. Di sini menunjukkan kelambanan dalam belajar berkaitan dengan kesehatan badan si anak yaitu pengindraan si anak itu sendiri. Dalam belajar dituntut adanya perhatian, tidak mengantuk, dan mampu memahami dan menganalisis. Intinya adalah bahwa keterbatasan fisik tertentu dapat mempersulit dan terkait sekali dengan masalah kelambanan dalam belajar.

2)             Karakteristik Kelainan Daya Pikir
Kelainan ini dianggap yang paling banyak menimpa anak berkaitan dengan kegiatan belajar. Banyak teori para pakar menjelaskan adanya keterkaitan erat antara kecerdasan umumnya bagi anak dan tingkat keberhasilannya dalam belajar. Seseorang yang memiliki intelegensi baik umunya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya, orang yang intelegensinya rendah cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir sehingga prestasi belajarnya pun rendah.[3] Paling tidak dengan ukuran kecerdasan kita dapat mengetahui kelambanan dalam belajar seorang anak. Anak- anak yang diberi kecerdasan tidak otomatis hasil belajarnya unggul selamanya. Akan tetapi, mereka kadang mengalami kelambanan dalam belajar. Hal itu disebabkan seperti lemahnya daya ingat, lemahnya mencerna pelajaran, lemahnya kemampuan berpikir jernih, tidak adanya kemampuan beradaptasi dengan temannya.

3)             Karakteristik Kelainan Kemauan (Motivasi)
Motivasi ialah keadaan keadaan internal organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu.[4] Kemauan atau motivasi dianggap sebagai tetapnya kekuatan yang stabil dan dinamis bagi perjalanan seseorang agar dapat mewujudkan tujuan tertentu dalam hidupnya. Kemauan juga berpengaruh besar dalam kegiatan belajar. Setiap anak harus memiliki kemauan dan semangat yang dapat membantunya melaksanakan semuanya.

4)             Karakteristik Kelainan Interaksi (Emosional)
Perilaku interaksi (emosional) yang tidak disukai di antara anak-anak yang lamban dalam belajar meliputi rasa terlalu perasa dan sensitif, suka tidur, tidak punya timbang rasa, tidak percaya diri, rasa takut yang berlebihan dan terlalu cemas keseimbangan yang dimiliki anak.

5)             Karakteristik Kelainan Sosial
Banyak teori menerangkan anak yang lamban dalam belajar juga rendah kemasyarakatan dan kebudayaannya. Karena mereka dikuasai oleh perselisihan orang tuanya, perpecahan keluarga, banyaknya anak dalam keluarga, sempitnya tempat tinggal, rusaknya hubungan diantara anggota keluarga dan merasa diabaikan dan selalu dimarahi oleh kedua orang tuanya. Ketertinggalan dalam belajar bagi anak disebabkan pengaruh pandangan yang menguasainya, terlalu ketat pengawasan, terlalu keras, tidak mendapatkan perhatian dan kepribadian para guru.

C.            Penyebab Kelambanan dalam Belajar
Batas penyebab kelambanan dalam belajar bagi anak dianggap sebagai masalah paling penting dan sebagai garis pokok dalam melakukan penentuan penanganan. Banyaknya penyebab antara anak yang satu dengan anak yang lainnya mungkin berbeda-beda. Penyebab- penyebab penting kelemahan dalam belajar, yaitu:

1)             Penyebab dari Diri Anak
Faktor dari dalam diri siswa yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.[5] Antara lain kurang berfungsinya anggota badan seperti cacat tetap, kurangnya oksigen, penyakit pencernaan, buruknya fungsi kandungan secara medis saat mengandung, dan buruknya selera makan. Ada juga faktor- faktor keturunan seperti kurang berfungsinya panca indra dan lemahnya fungsi urat syaraf. Juga faktor kelemahan-kelemahan psikis yang dialami anak seperti tingginya tingkat kecemasan, kurang percaya diri, overacting, negatifnya pemahaman terhadap sesuat, jeleknya adaptasi dengan masyarakat, merasa terasing, merasa dirinya kurang, muncunya kegagalan. Kelambanan dalam belajar terkadang juga disebabkan rendahnya tingkat kemauan anak untuk belajar, rendahnya tingkat ambisi, terlalu sibuk dengan urusan yang lain, menganggap enteng pelajaran.

2)             Penyebab dari Keluarga
Keluarga merupakan tempat dimana anak akan diasuh dan dibesarkan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya. Tingkat pendidikan orang tua besar pengaruhnya terhadap perkembangan rohaniah anak terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya.[6]
Faktor yang berkaitan dengan keluarga yang menyebabkan lambannya anak dalam belajar:
1.    Rusaknya hubungan orang tua: jalan sendiri-sendiri, bertengkar terus menerus, perceraian.
2.    Kerasnya orang tua dalam memperlakukan anak, tidak memberi kesempatan untuk bergaul dengan teman-teman yang lain.
3.    Anak merasa tersingkir dan diabaikan oleh orang tua.
4.    Pendapat anak tidak pernah dihargai bahkan diejek dan usahanya selalu dilarang.
5.    Orang tua terlalu sibuk atau sering tidak di rumah sehingga anak merasa tidak diperhatikan.
6.    Memberi contoh kepada anak dengan sifat-sifat yang negatif seperti malas, ketololan dan tidak ada perhatian terhadap sesuatu.
7.    Jumlah anak yang terlalu banyak dan sempitnya tempat tinggal sehingga tidak bisa berkonsentrasi.
8.    Rendahnya tingkat sosial maupun ekonomi sehingga anak selalu kekurangan dalam kebutuhan pokok sekolah, dll.

3)             Penyebab dari Sekolah
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa.[7] Di sekolah kelambanan dalam belajar kadang disebabkan oleh tidak mencukupinya kegiatan belajar mengajar, buruknya pengajaran, guru yang tidak memadai, materi pelajaran yang sulit. Faktor yang berkaitan dengan sekolah yang menyebabkan anak lamban dalam belajar adalah:
a.       Kerasnya guru dan pengaruhnya terhadap anak
b.      Tidak menyenangi materi pelajaran
c.       Seringnya guru mengancam, marah-marah, mengejek, memperingatkan dan mengintimidasi anak- anak
d.      Miskinnya guru akan arah pandangan yang sesuai dalam bergaul dengan anak sehingga tidak mampu menciptakan hubungan yang hangat dengan anak-anak
e.       Guru tidak mampu menerangkan dengan baik dan hanya mendikte
f.       Sesaknya kelas
g.      Terlalu banyak teacher talk
h.      Terlalu mengandalkan pengelompokan anak berdasarkan prestasi dan kemampuan.
.
4)             Penyebab dari Mass Media dan Lingkungan Sosial (Masyarakat)
Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak. Mereka juga termasuk teman-teman dari anak tetapi di luar sekolah. Disamping itu, kondisi orang-orang di desa atau kota tempat tinggal juga turut mempengaruhi perkembangan jiwanya.[8] Pengaruh secara langsung yang kita terima dari masyarakat misalnya pergaulan sehari-hari dengan orang lain ataupun masyarakat. Faktor yang berkaitan dengan mass media dan lingkunngan sosial (masyarakat) yang menyebabkan anak lamban dalam belajar :
                       a.          Faktor mass media meliputi : bioskop, TV, majalah, serta buku-buku komik yang ada disekeliling kita. Hal itu akan mempengaruhi dan menghambat anak di dalam belajar, apabila anak terlalu banyak waktu yang dipergunakan untuk itu maka anak itu lupa akan tugasnya yaitu belajar serta mengurangi minat siswa dalam belajar.
                       b.          Lingkungan Sosial/ Masyarakat
·      Teman bergaul
Teman bergaul pengaruhnya sangat besar dan  lebih cepat masuk dalam jiwa anak. Apabila anak suka bergaul dengan mereka yang tidak sekolah, maka ia akan malas belajar, sebab cara hidup anak yang bersekolah berlainan dengan anak yang tidak bersekolah.
·      Lingkungan tetangga
Corak kehidupan tetangga sangat menpengaruhi, misalnya ada tetangga yang suksa main judi, meminum minuman keras, menganggur dll. Hal ini kan mempengaruhi anak-anak yang bersekolah. Minimal tidak ada motivasi bagi anak untuk belajar. Sebaliknya jika tetangga terdiri dari pelajar, mahasiswa, dokter, insinyur, dosen, hal ini akan mendorong semangat anak di dalam belajar.
D.    Pencegahan terhadap Kelambanan dalam Belajar
Pencegahan- pencegahan yang dapat dilakukan terhadap kelambanan dalam belajar, antara lain: [9]
1.      Dari aspek kesehatan anak
a.       Harus memberi perawatan kesehatan yang cocok bagi ibu- ibu ketika mengandung dan saat melahirkan.
b.      Menjaga kesehatan anak-anaknya dengan memberi makanan-makanan penting.
c.       Memeriksakan anak sebelun memasuki sekolah.
d.      Memeriksa secara rutin terhadap indra anak terutama pendengaran dan penglihatannya.

2.      Hal-hal yang terkait dengan keluarga dan masyarakat
Keluarga adalah lembaga pendidikan informal (di luar sekolah) yang diakui keberadaanya dalam dunia pendidikan. Hubungan darah antara kedua orang tua dengan anak menjadikan keluarga sebagai lembaga pendidikan yang alami.[10] Masyarakat juga memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam pembentukan sikap anak sehari-hari. Berikut adalah cara-cara yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kelambanan anak di dalam belajar :
a.       Menghindari ketegangan, perselisihan, dan pertengkaran terutama di depan anak.
b.      Menjaga suasana keluarga yang sejuk sehingga timbul rasa aman, tentram dan damai.
c.       Memelihara suasana yang cocok bagi anak untuk menelaah pelajarannya tanpa rasa tertekan dan terpaksa.
d.      Menghindarkan kekerasan terhadap anak melainkan sebaiknya yaitu memberi semangat untuk belajar.
e.       Menerima anak apa adanya, baik kesuksesan belajarnya maupun kegagalannya.
f.       Menghindarkan untuk membandingkan si anak dengan anak yang lainnya.
g.      Tidak membebani anak dengan kesibukan-kesibukan di rumah.
h.      Menertibkan waktu anak.
i.        Menumbuhkan kebiasaan membaca.
j.        Menjaga kesehatan tempat untuk belajar dengan tenang.
k.      Mengontrol teman-teman bermain anak.
l.        Menghindarkan anak dari teman bergaul yang kurang baik.

3.      Hal-hal yang terkait dengan sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal tempat pendidikan guru dan rumah rehabilitasi anak didik. Sebagai lembaga pendidikan yang setiap hari anak datangi tentu saja mempunyai dampak yang besar bagi anak didik.[11] Berikut adalah cara untuk mencegah terjadinya kelambanan dalam belajar :
a.       Mengajarkan kemahiran dasar untuk mengadakan perbandingan dengan mudah.
b.      Memenuhi kebutuhan anak secara kontinue sehingga persiapan materi pelajaran menjadi sempurna.
c.       Guru harus bekerja secara terarah dan dapat menarik perhatian anak.
d.      Penggunaan metode yang positif dalam pengajaran.
e.       Guru harus menggunakan metode pengajaran yang praktis.
f.       Guru harus mementingkan pertolongan terhadap anak dan kesehatan jiwanya.
g.      Tidak membebani anak dengan tugas-tugas sekolah ataupun rumah yang menjadikan anak merasa berat.
h.      Menjaga perbedaan pribadi anak baik dari segi kemampuan berpikirnya maupun dari segi bentuk pengetahuannya.

















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Kelambanan dalam belajar adalah suatu proses belajar dimana terjadi kesulitan-kesulitan dalam mempelajari sesuatu dalam proses belajar tersebut sehingga menimbulkan ketertinggalan dalam menerima pelajaran atau materi yang diberikan. Karakteristik orang yang lamban belajar adalah terkait dengan fisik anak, kecerdasan, kemauan atau motivasi, interaksi/ emosional, dan kemasyarakatan.

Penyebab dari kelambanan anak dalam belajar ialah pada diri anak sendiri, keluarga, sekolah, serta masyarakat atau lingkungan. Batas penyebab kelambanan dalam belajar bagi anak dianggap sebagai masalah paling penting dan sebagai garis pokok dalam melakukan penentuan penanganan. Penanganan dalam mencegah terjadinya lamban dalam belajar dapat dilakukan pada kesehatan anak, keluarga, masyarakat serta sekolah.

Pada kesehatan anak sendiri dapat dilakukan dengan memeriksakan secara rutin terhadap indera anak sebelum memasuki sekolah. Dalam keluarga dan masyarakat dapat dilakukan dengan cara memotivasi anak dalam belajar serta menjaga suasana yang cocok untuk menelaah pelajaraan. Kemudian hal-hal yang terkait dengan sekolah menciptakan suasana sekolah yang nyaman bagi anak untuk belajar.

DAFTAR PUSTAKA

M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 2009
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta, PT. Rarafindo Persada, 2005
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2009
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2008





[1] M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 2009. hal 210
[2] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2009. hal 189
[3] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2009. hal 194
[4] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta, PT. Rarafindo Persada, 2005. hal  151
[5] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung, PT Remaja Rosda Karya, 2010. hal 129
[6] M Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 2009. hal 130
[7] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005. hal 152-153
[8] M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 2009. hal 131
[10] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2008. hal 241
[11] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2008. hal 238

Kamis, 26 Mei 2011

air mata seringkali jadi obat yang paling ampuh
meski (tetap) takkan mampu mengobati sekujur tubuhku yang hancur
tapi setidaknya aku bisa nyaman ketika bisa meneteskannya keluar
tak terasa lagi sesak di dada
tapi rasanya aku lelah harus menangis setiap waktu
aku mulai merasa membutuhkan sesuatu yang bisa lebih ampuh mengobati semua luka ini
bosan dengan kesenduan yang memuakkan ini
aku ingin bisa tertawa seperti dulu
tertawa dengan bebas dan lepas
menikmati hidupku dengan penuh kebahagiaan
tapi mampukah aku?
bisakah aku menahan sakit ini tanpa air mata?